Minggu, 08 Maret 2015

POLA PEMBELAJARAN KONVENSIONAL HINGGA BERMEDIA DAN SEJARAH PERKEMBANGAN MEDIA

POLA PEMBELAJARAN KONVENSIONAL HINGGA BERMEDIA DAN SEJARAH PERKEMBANGAN MEDIA


Disusun oleh kelompok II:
Susi Ratna Dewiyanti           (12 270 135)
Tri Agustina                          (12 270 139)
Ulfia Mawarni                       (12 270 140)
Vyna Nurbayti                      (12 270 145)
Walin Syafari                        (12 270 146)
Yuni Yanti                             (12 270 163)
Eka Febriani                          (12 270 167)

Dosen pembimbing:
Muliani Prihatini M, M.Pd

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Metode mengajar adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang dipergunakan oleh seorang guru atau instruktur. Pengertian lain adalah teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran pada siswa di dalam kelas, baik secara individual maupun secara kelompok. Agar pelajaran itu dapat diserap, dipahami dan dimanfaatkan oleh siswa dengan baik.
Belajar mengajar sebagai suatu kegiatan, seiring dengan adanya makhluk manusia di muka bumi ini, sejak semula kegiatan belajar mengajar ini telah dilakukan oleh manusia bahkan dalam batas-batas tertentu juga hewan, dalam upaya membimbing anak keturunannya agar berhasil dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Metode belajar mengajar merupakan suatu cara dalam menyajikan sebuah bahan pelajaran kepada peserta didik demi mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan, baik secara individual maupun kelompok. Dengan mengetahui mengenai sifat berbagai metode maka seorang guru akan lebih mudah menetapkan metode yang paling sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada. Penggunaan metode belajar mengajar sangat bergantung pada tujuan pembelajaran. Maka dari itu, pamakalah akan membahas mengenai metode-metode belajar mengajar konvensional yang biasa diterapkan dalam dunia pendidikan.
Dalam makalah ini kami akan membahas beberapa masalah, yaitu pengertian metode pembelajaran, metode pembelajaran konvensional yang meliputi : pengertian metode pembelajaran konvensional, macam-macam pembelajaran konvensional, ciri-ciri pembelajaran konvensional, pendekatan pembelajaran konvensional., dan sejarah perkembangan media.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1  POLA PEMBELAJARAN KONVENSIONAL HINGGA BERMEDIA
2.1.1        Pola Pembelajaran Konvensional
Barry Moris mengklasifikasikan empat pola pembelajaran, antara lain sebagai berikut:
  1. Pola Pembelajaran Konvensional I
Pola pembelajaran guru dengan siswa tanpa menggunakan alat bantu/bahan pembelajaran dalam bentuk alat peraga. Pola pembelajaran ini tergantung pada kemampuan guru dalam mengingat bahan pembelajaran dan menyampaikan bahan tersebut secara lisan kepada siswa
  1. Pola Pembelajaran Konvensional II
Pola (guru + alat bantu) dengan siswa. Pada pola pembelajaran ini guru sudah dibantu oleh berbagai bahan pembelajaran yang disebut alat peraga pembelajaran dalam menjelaskan dan meragakan suatu pesan yang bersifat abstrak.
  1. Pola Pembelajaran Guru Bermedia
Pola (guru) + (media) dengan siswa. Pola pembelajaran ini sudah mempertimbangkan keterbatasan guru yang tidak mungkin menjadi satu– satunya sumber belajar dalam kegiatan pembelajaran, guru dapat memanfaatkan berbagai media pembelajaran sebagai sumber belajar yang dapat menggantikan guru dalam pembelajaran, jadi siswa dapat memperoleh informasi dari berbagai media sebagai sumber belajar, misalnya dari majalah, modul, siaran radio pembelajaran, televisi pembelajaran, media komputer dan internet. Pola ini merupakan pola pembelajaran bergantian antara guru dan media dalam berinteraksi dengan siswa.

  1. Pola Pembelajaran Bermedia
Pola pembelajaran media dengan siswa atau pola pembelajaran jarak jauh menggunakan media atau bahan pembelajaran yang disiapkan, dalam pola ini, siswa belajar dengan media, tanpa campur tangan guru, artinya, guru hanya sebagai fasilitator yang menyiapkan bahan atau materi pembelajaran saja yang kemudian bahan tersebut diaplikasikan pada media sebagai sumber belajar siswa yang utama
2.1.2        Model Pembelajaran Konvensional
Model pembelajaran konvensional merupakan model pembelajaran yang biasa diterapkan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran.[1] Model pembelajaran konvensial masih mengalami krisis paradigma. Krisis yang dimaksud adalah seharusnya telah berlangsung model kontruktivisme di mana Pemerintah telah berusaha menciptakan suatu model pembelajaran yang inovatif yang dituangkan dalam peraturan menteri nomor 41 tahun 2007, namun hal ini belum dijalankan sepenuhnya oleh guru.
            Penyelenggaraan pembelajaran konvensional lebih sering menggunakan modus telling (pemberian informasi), daripada modus demonstrating (memperagakan) dan doing direct performance (memberikan kesempatan untuk menampilkan unjuk kerja secara langsung). Dalam perkataan lain, guru lebih sering menggunakan strategi penyampaian informasi secara langsung kepada siswa dengan mengikuti urutan materi dalam kurikulum secara ketat. Menurut Rasana (2004), peran siswa dalam proses pembelajaran konvensional adalah sebagai objek dari pendidikan bukan sebagai subjek pendidikan, sedangkan peran guru adalah sebagai penguasa atau bersifat otoriter. Hubungan yang dibangun adalah hubungan atasan dan bawahan. Guru berasumsi bahwa keberhasilan program pembelajaran dilihat dari ketuntasannya menyampaikan seluruh materi yag ada dalam kurikulum. Penekanan aktivitas belajar lebih banyak pada buku teks dan kemampuan mengungkapkan kembali isi buku teks tersebut. Jadi, pembelajaran konvensional kurang menekankan pada pemberian keterampilan proses.
Adapun prinsip kelompok belajar dalam pembelajaran konvensional adalah sebagai berikut.[2]
1)      Akuntabilitas individual sering diabaikan sehingga tugas-tugas sering diborong oleh salah satu anggota kelompok, sedangkan anggota kelompok lainnya hanya “mendompleng” keberhasilan “pemborong”.
2)      Kelompok belajar biasanya homogen.
3)      Pemimpin kelompok sering ditentukan oleh guru atau kelompk dibiarkan untuk memilih pemimpinnya dengan cara masing-masing.
4)      Keterampilan sosial sering tidak secara langsung diajarkan.
5)      Pemantauan melalui observasi dan intervensi sering tidak dilakukan oleh guru pada saat belajar kelompok sedang berlangsung.
6)      Guru sering tidak memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar.
7)      Penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas.
Pengajaran dengan model ini dipandang efektif, dalam hal sebagai berikut.
a.    Berbagi informasi yang tidak mudah ditemukan di tempat lain.
b.   Menyampaikan informasi dengan cepat.
c.    Membangkitkan minat akan informasi.
d.   Mengajari siswa yang cara belajar terbaiknya dengan mendengarkan.
 Namun demikian, pendekatan pembelajaran tersebut mempunyai beberapa kelemahan sebagai berikut.
1.   Tidak semua siswa memiliki cara belajar terbaik dengan mendengarkan.
2.   Sering terjadi kesulitan untuk menjaga agar siswa tetap tertarik dengan apa yang dipelajari.
3.   Pendekatan tersebut cenderung tidak memerlukan pemikiran yang kritis.
4.   Pendekatan tersebut mengasumsikan bahwa cara belajar siswa itu sama dan tidak bersifat pribadi.
Tahapan-tahapan dalam model pembelajaran konvensional adalah sebagai berikut.
1.      Kegiatan pendahuluan pembelajaran, guru mengkonsentrasikan siswa pada materi yang akan dipelajari dengan memberikan apersepsi. Peran siswa pada tahap ini adalah mendengarkan penjelasan guru.
2.      Kegiatan inti pembelajaran, terdapat proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Proses tersebut diterapkan guru dengan memberikan informasi kepada siswa. Peran siswa pada tahap ini adalah menyimak informasi yang diberikan guru. Terkadang siswa membentuk kelompok untuk melaksanakan praktikum dan mendiskusikan hasil praktikum.
3.      Kegiatan penutup pembelajaran, guru mengajak siswa untuk menyimpulkan hasil pembelajaran dan memberikan tes. Peran siswa pada tahap ini adalah menyimpulkan hasil pembelajaran dan menjawab tes yang diberikan guru. Berdasarkan pemaparan di atas maka dapat dikatakan bahwa model pembelajaran konvensional adalah model pembelajaran yang biasa dilakukan di kelas, namun masih terdapat kekeliruan dalam pengimplementasiannya. Guru masih dominan dalam proses pembelajaran dan cenderung memberikan pelayanan yang sama untuk semua siswa. Hal inilah yang menjadi landasan dasar penghambat prestasi belajar yang dicapai oleh masing-masing siswa.




2.1.3  Kedudukan Media dalam Pembelajaran
Pada umumnya kedudukan media pembelajaran berfungsi sebagai alat perantara atau alat pengatur pesan dalam kegiatan pembelajaran yaitu memberikan stimulus kepada siswa agar siswa dapat memahami materi yang disampaikan guru, dari konsep-konsep yang masih abstrak menjadi gambaran yang lebih konkrit. Sikap dan perilaku seseorang juga akan mengalami perubahan setelah mereka mendapatkan pengetahuan dan pengalaman baru. Penggunaan media dalam pembelajaran “fiqih” akan membantu siswa memperoleh pengetahuan dan pengalaman baru lewat materi yang disampaikan oleh guru dibandingkan dengan jika guru hanya melakukan pendekatan verbal.
Macam-macam kedudukan media pembelajaran:
1.        Kedudukan Media Pembelajaran Berdasarkan Karakteristiknya
Menurut Scharmm, kita dapat melihat media menurut karakteristik ekonomisnya, lingkup sasarannya yang dapat diliput, dan kemudahan kontrol pemakai. Jadi antara klasifikasi media, karakteristik media dan pemilihan media merupakan kesatuan yang tidak terpisahkan dalam penentuan strategi pembelajaran.
2.        Kedudukan Media Pembelajaran di Dunia Pendidikan
Dengan menggabungkan beberapa media akan memberikan pengalaman yang mencerminkan suatu pengalaman belajar dalam kehidupan sehari-hari. Suatu pengalaman belajar akan diperoleh karena adanya penggabungan aneka media itu-hingga menjadi satu kesatuan kerja yang meghasilkan suatu informasi yang memiliki nilai komunikasi yang sangat tinggi; artinya informasi bahkan tidak hanya dilihat sebagai hasil cetakan, melainkan juga dapat didengar, membentuk simulasi dan animasi yang dapat membangkitkan minat dan memiliki nilai seni grafis yang tinggi dalam penyajian.
3.        Kedudukan Media dalam Sistem Pembelajaran
Sistem adalah suatu totalitas yang terdiri dari sejumlah komponen yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Pembelajaran dikatakan sebagai suatu system karena didalamnya mengandung komponen  yang saling berkaitan untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan, komponen tersebut meliputi tujuan, materi, metode, dan evaluasi. Hal tersebut akan tergambar seperti bagan berikut ini.
Dalam proses belajar-mengajar media pembelajaran memiliki kedudukan diantaranya sebagai berikut:
a.    Alat untuk memperjelas bahan pengajaran pada saat pengajar menyampaikan pelajaran.
b.    Alat untuk mengangkat atau menimbulkan persoalan untuk dikaji lebih lanjut dan dipecahkan oleh siswa dalam proses belajarnyadan pengajar bisa menempatkan media sebagai sumber pertanyaan atau stimulasi belajar siswa.
c.    Sumber belajar bagi siswa.
d.   Alat untuk mempertinggi proses interaksi guru siswa, dan interaksi siswa dengan lingkungan sehingga mempertinggi kualitas proses belajar-mengajar.

2.1.4  Kerucut Edgar Dale
Edgar dale adalah seorang ahli di bidang membaca dan jurnalisme dan pemimpin dalam tradisi humanistik, dia menulis tiga buku berususan dengan Audio Visual Metode dalam mengajar. Edgar dalam menciptakan kerucut pengalaman (1946) dia menjelaskan dalam bukunya tentang Audio Visual dalam mengajar. Tingkat yang paling nyata terletak dibagian yang paling bawah,1 kerucut ketingkat paling abstrak dari pengalaman terletak pada titik kerucut dari pengalaman kerucut dale mulai dari bagian atas kerucut kebawah sebagai berikut: Simbol verbal, Simbol Visual, Radio, Rekaman, gambar, Pameran dan lainya.
Menurut pengalaman dale, Metode yang paling efektif diatas, mencakup belajar dari informasi disajikan melalu sumber Verbal, yaitu mendengar kata-kata yang diucapkan. 
Grafik kerucut rata-rata retensi untuk berbagai metode pengajaran semakin maju kebawah semakin maju semakin besar pelajaran informasi berlanjut, dikarenakan gaya belajar adalah persepsi sensorik berbasis semakin dalam berinteraksi dengan daya, makin baik siswa belajar meurut Dale.
Menurtut Edgar Dale bahwa segala suatu pelajaran, dapat dipahami apabila ada unsur pendengarannya. Dan unsur itu dapat dijadikan media pembelajaran bagi para siswa, agar mudah memahami segala sesuatu dengat efektif, dan efisien. Semua ungsur tersebut berpengaruh kepada lingkungan pendidikan agar tercapainya suatu pembelajaran yang mudah.
Pentingnnya Teori Edgar Dale bagi pendidikan kita adalah membuat suatu belajar dan mengajar terasa lebih mudah, dan berperan sebagai media pembelajaran yang resmi dimiliki bagi setiap pembelajar. Dan Teori ini memiliki sumbangsih yang sangat penting bagi peindidikan karena pembelajarannya mudah dan efisien.




2.1.5  Metode Pembelajaran Konvensional
Salah satu model pembelajaran yang masih berlaku dan sangat banyak digunakan oleh guru adalah model pembelajaran konvensional. Pembelajaran konvensional mempunyai beberapa pengertian menurut para ahli, diantaranya:[3]
  1. Djamarah (1996), metode pembelajaran konvensional adalah metode pembelajaran tradisional atau disebut juga dengan metode ceramah, karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses belajar dan pembelajaran. Dalam pembelajaran sejarah metode konvensional ditandai dengan ceramah yang diiringi dengan penjelasan, serta pembagian tugas dan latihan.
  2. Freire (1999), memberikan istilah terhadap pengajaran seperti itu sebagai suatu penyelenggaraan pendidikan ber “gaya bank” penyelenggaraan pendidikan hanya dipandang sebagai suatu aktivitas pemberian informasi yang harus “ditelan” oleh siswa, yang wajib diingat dan dihafal.
Jadi metode konvensional adalah metode yang biasa dipakai guru pada umumnya atau sering dinamakan metode tradisional. Menurut Suyitno, pada umumnya pembelajaran konvesional yang sering dilakukan oleh pendidik selama ini memiliki banyak kelemahan antara lain sebagai berikut :
1.      kegiatan belajar hanya memindahkan pengetahuan dari guru ke siswa. tugas guru adalah memberi dan tugas siswa adalah menerima.
2.      kegiatan pembelajaran seperti mengisi botol kosong dengan pengetahuan. siswa merupakan penerima pengetahuan yang pasif.
3.      kegiatan belajar mengajar lebih menekankan pada hasil dari pada proses.
4.      memacu siswa dalam kompetisi bagaikan ayam aduan, yaitu siswa bekerja keras untuk mengalahkan teman sekelasnya. siapa yang kuat dia yang menang.

Diantara metode-metode konvensional, yaitu meliputi sebagai berikut.
1.      Metode Ceramah
2.      Metode Tanya Jawab
3.      Metode Diskusi
4.      Metode Latihan
5.      Metode Bercerita
6.       Metode Demonstrasi
7.      Metode Hukuman
8.      Metode Karyawisata
9.      Metode Eksperimen

2.1.6  Ciri-ciri Pembelajaran Konvensional
Secara umum, ciri-ciri pembelajaran konvensional adalah sebagai berikut.
a.    Siswa adalah penerima informasi secara pasif, dimana siswa menerima pengetahuan dari guru dan pengetahuan diasumsinya sebagai badan dari informasi dan keterampilan yang dimiliki sesuai dengan standar.
b.   Belajar secara individual
c.    Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis
d.   Perilaku dibangun atas kebiasaan
e.    Kebenaran bersifat absolut dan pengetahuan bersifat final
f.    Guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran
g.   Perilaku baik berdasarkan motivasi ekstrinsik
h.   Interaksi di antara siswa kurang
i.     Guru sering bertindak memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar.
Namun perlu diketahui bahwa pengajaran model ini dipandang efektif atau mempunyai keunggulan, terutama:
1.      berbagai informasi yang tidak mudah ditemukan di tempat lain;
2.      menyampaikan informasi dengan cepat;
3.      membangkitkan minat akan informasi;
4.      mengajari siswa yang cara belajar terbaiknya dengan mendengarkan;
5.      mudah digunakan dalam proses belajar mengajar.
Sedangkan kelemahan pembelajaran ini adalah sebagai berikut:
1.      tidak semua siswa memiliki cara belajar terbaik dengan mendengarkan;
  1. sering terjadi kesulitan untuk menjaga agar siswa tetap tertarik dengan apa yang dipelajari;
  2. para siswa tidak mengetahui apa tujuan mereka belajar pada hari itu;
  3. penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas;
  4. daya serapnya rendah dan cepat hilang karena bersifat menghafal.

2.1.7   Pendekatan Pembelajaran Konvensional
Menurut Ujang Sukandi, mendefenisikan bahwa pendekatan konvensional ditandai dengan guru mengajar lebih banyak mengajarkan tentang konsep-konsep bukan kompetensi, tujuannya adalah siswa mengetahui sesuatu bukan mampu untuk melakukan sesuatu, dan pada saat proses pembelajaran siswa lebih banyak mendengarkan.[4]
Disini terlihat bahwa pendekatan konvensional yang dimaksud adalah proses pembelajaran yang lebih banyak didominasi gurunya sebagai “pentransfer ilmu, sementara siswa lebih pasif sebagai “penerima” ilmu.
Sedangkan menurut Philip R. Wallace, pendekatan pembelajaran dikatakan sebagai pendekatan pembelajaran yang konservatif apabila mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.
a.       Otoritas seorang guru lebih diutamakan dan berperan sebagai contoh bagi muri-muridnya.
  1. Perhatian kepada masing-masing individu atau minat sangat kecil.
  2. Pembelajaran di sekolah lebih banyak dilihat sebagai persiapan akan masa depan, bukan sebagai peningkatan kompetensi siswa di saat ini.
  3. Penekanan yang mendasar adala pada bagaimana pengetahuan dapat diserap oleh siswa dan penguasaan pengetahuan tersebutlah yang menjadi tolak ukur keberhasilan tujuan, sementara pengembangan potensi siswa terabaikan.
Jika dilihat dari tiga jalur modus penyampaian pesan pembelajaran, penyelenggaraan pembelajaran konvensional lebih sering menggunakan modus telling (pemberian informasi), ketimbang modus demonstrating (memperagakan), dan doing direct performance (memberikan kesempatan untuk menampilkan unjuk kerja secara langsung). Dalam kata lain, guru lebih sering menggunakan strategi atau metode ceramah atau drill dengan mengikuti urutan materi dalam kurikulum secara ketat. Guru berasumsi bahwa keberhasilan program pembelajaran dilihat dair ketuntasannya menyampaikan seluruh meteri yang ada dalam kurikulum.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka pendekatan konvensional dapat dimaklumi sebagai pendekatan pembelajaran yang lebih banyak berpusat pada guru, komunikasi lebih banyak satu arah dari guru ke siswa, metode pembelajaran lebih pada penguasaan konsep-konsep bukan kompetens.
Seorang guru dituntut untuk menguasai berbagai model-model pembelajaran, dimana melalui model pembelajaran yang digunakannya akan dapat memberikan nilai tambah bagi anak didiknya. Selanjutnya yang tidak kalah pentingnya dari proses pembelajarannya adalah hasil belajar yang optimal atau maksimal.
Memang, model pembelajaran konvensional ini tidak harus kita tinggal, dan guru mesti melakukan model konvensional pada setiap pertemuan, setidak-tidaknya pada awal proses pembelajaran dilakukan. Atau kita memberikan kepada anak didik sebelum kita menggunakan model pembelajaran yang akan dipergunakan.

2.2    SEJARAH PERKEMBANGAN MEDIA
Pada awal sejarah pendidikan, guru merupakan satu-satunya sumber untuk memperoleh pelajaran. Dalam perkembangan selanjutnya, sumber belajar itu kemudian bertambah dengan adanya buku. Pada masa itu kita mengenal tokoh bernama Johan Amos Comenius yang tercatat sebagai orang pertama yang menulis buku bergambar yang ditujukan untuk anak sekolah.
Selama ini media hanya dianggap sebagai alat bantu mengajar guru. Alat bantu yang dipakai adalah alat bantu visual, misalnya gambar, model, objek, dan alat-alat lain yang dapat memberikan pengalaman konkrit, motivasi belajar, serta mempertinggi daya serap belajar siswa. Dengan masuknya pengaruh teknologi audio pada pertengahan abad 20, alat visual untuk mengkonkritkan materi pelajaran selanjutnya dilengkapi dengan audio sehingga dikenal menjadi alat audio visual.[5]
Sekitar tahun 1960-1965 siswa mulai diperhatikan sebagai komponen yang penting dalam proses pembelajaran. Sekitar tahun 1965-1970 pendekatan system mulai menampakkan pengaruhnya dalam kegiatan pendidikan dan kegiatan pembelajaran. Pendekatan system ini mendorong digunakannya media sebagai bagian integral dalam program pembelajaran. Pada dasarnya guru dan para ahli audio visual menyambut baik perubahan ini. Guru mulai merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan tingkah laku siswa. Untuk mencapai tujuan itu, mulai dipakai sebagai format media. Media tidak hanya digunakan oleh guru, tapi yang lebih penting semestinya dapat digunakan oleh siswa secara mandiri.












BAB III
PENUTUP
3.1     Kesimpulan
Model pembelajaran konvensional merupakan model pembelajaran yang biasa diterapkan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Diantara metode-metode konvensional, yaitu meliputi sebagai berikut: metode ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi, metode latihan, metode bercerita, metode demonstrasi, metode hukuman, metode karyawisata  dan metode eksperimen.
Ciri-ciri pembelajaran konvensional adalah sebagai berikut.
1.   Belajar secara individual
2.   Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis
3.   Perilaku dibangun atas kebiasaan
4.   Kebenaran bersifat absolut dan pengetahuan bersifat final
5.   Guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran
6.   Perilaku baik berdasarkan motivasi ekstrinsik
Selama ini media hanya dianggap sebagai alat bantu mengajar guru. Alat bantu yang dipakai adalah alat bantu visual, misalnya gambar, model, objek, dan alat-alat lain yang dapat memberikan pengalaman konkrit, motivasi belajar, serta mempertinggi daya serap belajar siswa. Dengan masuknya pengaruh teknologi audio pada pertengahan abad 20, alat visual untuk mengkonkritkan materi pelajaran selanjutnya dilengkapi dengan audio sehingga dikenal menjadi alat audio visual.



DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Azhar. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Literaturkti.blogspot.com/2013/05/sejarah-media-pembelajaran.html?m=1.
Muhammadkholik.wordpress.com/2011/11/08/metode-pembelajaran-konvensional/
Riyana, Cepi. 2009. Media Pembelajaran. Jakarta: Departemen Agama RI.
Rusmaini. 2011. Ilmu Pendidikan. Palembang: Grafika Telindo Press.
Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai. 2010. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algesindo.



[1] Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, Media Pengajaran, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2010. Hlm. 173.
[3] Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011, hlm. 2.
[4] Muhammadkholik.wordpress.com/2011/11/08/metode-pembelajaran-konvensional/
[5] Literaturkti.blogspot.com/2013/05/sejarah-media-pembelajaran.html?m=1.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar